Rabu, 01 Juni 2011

Belajar dari kesuksesan Wiraswasta lain


Contoh wiraswata yang berhasil merintis usaha dari nol adalah Marin J. Grunder Jr. yang akrab dipanggil Marty, penulis buku The 9 Super Simple Steps to Enterpreneurial Success  atau Cara Gampang Menjadi Kaya Melalui Bisnis, 9 Strategi Praktis Membangun Bisnis yang Sukses. Marty berhasil menjalankan perusahaan Grunder Landscaping, yang mampu mengembangkan usaha pemotongan rumput sewaktu menjadi mahasiswa di Universitas Dayton AS dari modal awal alat pemotong rumput senilai $25 X Rp. 9.000,- (jika kurs rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp. 9.000,-) = 225.000,- yang dibeli di sebuah pasar loak, pada akhir semester omsetnya meningkat menjadi $ 300.000, X Rp. 9.000,- = 270.000.000,-, saat dikelola dengan profesional dalam pengertian sebenarnya, omsetnya meningkat menjadi $ 3 juta pertahun, lalu meningkat menjadi $4 juta dollar pertahun, dengan pegawai berjumlah 40 orang.
Berkat kesuksesannya, dia mendapat sekitar tiga puluh penghargaan lokal dan nasional di AS. Tahun 1995 Marty mengembangkan sayap dengan membuat perusahaan Marty Grunder Inc. sebuah perusahaan konsultan bisnis yang memberikan bantuan bagi para wiraswasta dalam bidang pemasaran, manajemen, dan menjadi motivator mereka. Dengan perusahaan keduanya, dia telah berbicara di berbagai seminar di seantero Amerika dan Kanada dengan penuh semangat disertai humor-humornya di hadapan ribuan orang. Bagaimana cara dirinya meraih kesuksesan?
Trik kesuksesannya sangat sederhana yakni menerapkan 9 langkah strategis dalam menjalankan perusahaan; menekuni usaha sesuai minatnya terhadap sesuatu dan mencintai yang dikerjakannya, berorientasi pada tujuan  yang ingin dicapai dalam jangka pendek, menengah dan panjang,  mengawali usaha dengan modal orang lain, mengelilingi diri dengan orang-orang sukses, memiliki rasa percaya diri yang sangat besar, banyak  bertanya tentang segala sesuatu sekitar usaha yang ditekuni atau hal-hal yang tak terpahami, memfokuskan diri maksimal pada dua ceruk bisnis yakni usaha pemotongan rumput dan konsultan (dianjurkan menekuni satu ceruk usaha dengan menjadi yang terbaik di bidangnya), melakukan pekerjaan dengan  cara yang berlawanan dari norma umum –dalam makna norma-norma keliru yang banyak dijalankan perusahaan-perusahaan lain-, dan terakhir bekerja dengan sangat, sangat, sangat keras.
Dengan prinsip-prinsip di atas dia sukses menjalankan usaha pemotongan rumput, para wiraswasta Indonesia perlu mencontoh dirinya, mencoba menerapkan prinsip-prinsip di atas dalam menjalankan usaha, melakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya di lapangan, maka kebangkitan dunia usaha di Indonesia tinggal menunggu momentum saja. Jika sebaliknya yang terjadi, maka perusahaan-perusahaan yang gulung tikar, terpaksa melakukan efisiensi dengan pemecatan massal, dan pabrik-pabrik yang ditutup karena tak mampu bertahan di dalam kondisi sulit, akan menjadi pemandangan biasa pada masa mendatang.
Bangkit Dari Krisis atau Mati
Keadaan ekonomi Indonesia belum ada tanda-tanda untuk membaik, hutang luar negeri bertambah menumpuk, daya beli masyarakat menurun, pengangguran dan kemiskinan tumbuh subur, apalagi ekonomi makro punya kecendrungan memburuk pada masa mendatang, sehingga dunia usaha di Indonesia terus menerus dalam keadaan yang menyulitkan. Ini jangan dijadikan kambing hitam bagi perusahaan-perusahaan yang gulung tikar, bangkrut, gagal mengembangkan diri, melainkan sumber motivasi meraih kesuksesan, sarana memperbaiki diri di segala bidang.
Di sinilah urgensi wiraswasta-wiraswasta sejati diperlukan kehadirannya di bumi pertiwi tercinta. Wiraswasta-wiraswasta yang mampu menjadikan krisis sebagai sarana menemukan kreativitas baru, inovasi baru, menemukan ceruk bisnis baru, mencari peluang baru, menciptakan kondisi yang baik dalam menjalankan usaha, mengembangkan potensi yang ada dalam perusahaan sampai batas maksimal dalam semua lapisan, memberikan pelayan super terbaik, melahirkan sekaligus mengaplikasikan ide-ide baru yang realistis, menguntungkan, berkualitas dan dibutuhkan konsumen.
Kehadiran mereka akan menjadi  kunci utama keberhasilan dunia usaha di masa mendatang. Masalahnya dunia usaha kita terbiasa diproteksi, dikeloni, dininabobokkan, dan puas pada apa yang dicapai tanpa upaya berinovasi dan mengembangkan diri, sehingga keadaan yang memburuk justru menjadikan mereka sekarat. Tiba waktunya bagi mereka untuk mentranformasikan diri menjadi wiraswasta-wiraswasta baru, meski telah lama mengelola suatu perusahaan.
Bagi para lulusan sekolah umum atau Pesantren memberanikan diri menjadi wiraswasta dengan mengelola usaha kecil, sarjana-sarjana ekonomi harus mau menjadi wiraswasta, bukan malah seumur hidup mengabdikan diri menjadi “budak-budak” di perusahaan, bekerja di perusahaan yang mapan adalah sarana belajar untuk kemudian mengola usaha sendiri, para pengangguran intelektual di segala bidang, mencari celah-celah bisnis atau usaha dari ilmu yang dimiliki, mereka dituntut berani memulai usaha dari nol dan mengembangkan perlahan sampai menjadi besar, dan para buruh/pekerja yang dipecat perusahaan –jumlahnya semakin hari semakin banyak- berusaha juga menjadi wiraswasta.  Di Indonesia, sumber daya alam melimpah, hasil kerajinan banyak yang bagus namun kurang bisa dipasarkan, produk-produk makanan yang khas luar biasa beragam, dan banyak kelebihan-kelebihan lain yang belum dioptimalkan, sebab wiraswasta-wiraswasta yang ada lemah dalam memproduksi barang yang berkualitas, pemalas, hidup enak tanpa kreasi, mudah puas diri, tidak mampu mengemas barang dengan baik, dan tidak mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki.
Kini waktu yang tepat untuk Bangkit atau Mati. Kata-kata keras yang menggugah motivasi ini perlu ditanam kuat-kuat dalam diri setiap orang di Indonesia. Jika ada film yang disinetronkan Kiamat Sudah Dekat, sedang untuk wiraswasta istilah yang tepat adalah Kiamat Dunia Usaha Sudah Dekat karena pasar bebas sudah tinggal 2 tahun lagi, mereka dituntut berkreasi, bekerja keras, gigih pantang menyerah, berinovasi sebagai antisipasi saat kiamat benar-benar datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar