Awan bieroe: NARKOBA KEHIDUPAN

Kamis, 02 Juni 2011

NARKOBA KEHIDUPAN

Semakin ku mengenalmu semakin kau racuni jiwaku...Semakin ku dekat denganmu semakin ku lupa akan diriku....semakin ku bersamamu semakin hilang akal sehatku...Mungkinkah kau sprti Narkoba dlm hidupku...Yg berhasrt ingin membelengguku...yg berhasrat inginmenghancurkan hidupku...dan yg berhasrat ingin membunuhku...Oleh semua tipu dayamu...oleh semua kebaikan"semumu...oleh semua kekosongan"mu...
(oleh : foead poetra ragieL)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GURU KU

100 hari dia terseok dalam langkah kebisuan Merenda luka dalam keputusasaan Tertatih dalam seribu Makian Dia terdiam dalam derai air mata Masih tersungkur dalam gelap ruang jiwa kosong…… Lelah dan masih terseok tanpa arah Meredam segala rasa … Dia tak lagi berharap Bimbang….. Ragu … dan terhimpit…… Diam dalam rasa tanpa kata Dia hanya terhanyut dalam ruang jiwa Kosong….. Teriris seribu Kata dan Luka terdiam……… Menutup Matanya tapi tak pernah terlelap Derik pintu tak lagi menyapanya Disiksa oleh diam dan kebisuan Ruang Jiwanya Kosong…. Merengkuh berharap dalam dinding kebisuan kelam terhanyut dalam derai air mata tak terbendung Dia menangis… Perih… Masih terdiam dalam seribu kebisuan dan makian Kosong jiwanya… Remuk sudah bahagianya…. Memeluk semua luka dan amarah Tersungkur lelap tanpa alas…. Dingin merasuk tubuhnya… Meringkuk dalam sepi dan kepedihan…. Teriris .. Perih… Teriris tanpa tetesan darah…. Sejenak dia menelan ludah menahan Perih…. Masih terdampar dalam kekosongan Sendiri.. disudut ruang sepi Jari jemarinya lemah…. Terseret dalam arus luka dan air mata “Sudah terjadi .. ” Katanya Masih diam dalam kekosongan Terlalu suram baginya…. Mencoba Berpaling merengkuh setitik cahaya Lemah…Tersungkur dan hampa Kosong Jiwanya Sorot mata Amarah menatap jiwanya Dia terdiam dalam Luka dan Perih…. Memendam Sejuta rasa dalam kebisuan Mengepal kedua tangannya Hempasan Bara panas menerjang Perasaan dan hatinya Perih menahan kebisuan yang menyiksa Dia terdiam dalam benar atau salah Merengkuh gelap disudut ruang Sendiri dalam malam tanpa alas…. Cukuplah Sudah Perih itu…. Jemarinya perlahan membuka…… Bangkit dalam kosong kesendirian Perlahan meraih Cahaya dibalik Kosong…. Membara tak ingin terseok langkah itu MEski perih masih menusuk dalam ruang jiwanya Tertatih menatap Arah Tegar melawan kosong dan Gelapnya Terukir senyum kecil menata hati Lukanya tak pernah Pergi Masih bersemayan di Ruang jiwanya Tapi dia mengukir senyum.. Tak ingin tidur di ruang luka itu Dia masih hidup diatas luka dalam seribu harapan Masih bermimpi… Berjuang meraih mimpi.. Karena tak ada kata terlambat… Demi mewujudkan mimpi Terkuburlah luka itu dalam mimpi menatap arah Terkuburlah perih dalam Senyum merengkuh semangat